Wisata Puncak Pato Bukik Marapalam
Puncak Pato adalah salah satu objek wisata yang ada di Provinsi Sumatra Barat. Objek Wisata ini merupakan Objek Wisata Bersejarah yang terletak di wilayah kabupaten tanah datar, tepatnya di Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara.
Puncak Pato sebenarnya adalah sebuah puncak bukit yang disebut dengan Bukit Marapalam, dimana kita dapat memandang keindahan alam yang
menajubkan dari ketinggian. Dari puncak Pato tersebut terlihat wilayah Tanah Datar yang terdiri dari rumah adat dan sawah-sawah yangmenguning pada saat akan datang musim panen.Di sekitar puncak pato ini juga terdapat pohon-pohon pinus yang rindang sebagai tempat berteduh untuk menyantap makan siang.
Wisata Puncak Pato dalam Kacamata Sejarah
Puncak Pato Pada masa dulunya menjadi tempat yang bersejarah, dimana di
Pucak Pato ini terjadi apa yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau dengan
Sumpah Sati Bukik Marapalam. Dalam konteks keberadaan Puncak Pato dengan
peristiwa sejarah itu, maka di Puncak Pato terdapat beberapa monumen sebagai
tanda pengingat peristiwa bersejarah masyarakat Minangkabau.
Adapun Bunyi sumpah itu adalah
“Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Pertentangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang menjadi pemicu terjadinya
Perang Paderi. Sumpah tersebut ternyata hasil dari kesepakatan tiga
unsur kepemimpinan di Minangkabau yang terkenal dengan Tigo Tungku Sajarangan,
bahwa antara adat dengan agamis sebenarnya tidaklah bertentangan. Adat itu mesti
berdasarkan Syarak/Agama, dan Agama berdasarkan Kitabullah (Alqur’an). Maka
dibangunlah tiga buah patung yang melambangkan sosok Cadiak Pandai
(intelektual), Niniak Mamak (sosial masyarakat) dan Alim Ulama (agama).
Bukik Marapalam Puncak Pato
Puncak
Pato adalah
Monumen Perjanjian Sumpah Satiah Bukit Marapalam. Ada yang bilang
mestinya Sumpah
Satie atau Sati, karena katanya Satie/Sati itu artinya sakti. Bunyi
sumpah itu
adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Masih inget
donk,
pertentangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang menjadi pemicu
terjadinya
Perang Paderi? Nah, ‘sumpah’ tersebut ternyata hasil dari kesepakatan
tiga unsur
kepemimpinan di Minangkabau yang terkenal dengan Tigo Tungku Sajarangan,
bahwa
antara adat dengan agamas ebenarnya tidaklah bertentangan. Adat itu
mesti berdasarkan
Syarak/Agama, dan Agama berdasarkan Kitabullah (Alqur’an). Maka
dibangunlah
tiga buah patung yang melambangkan sosok Cadiak Pandai (intelektual),
Niniak
Mamak (sosial masyarakat) dan Alim Ulama (agama). - See more at:
Puncak
Pato adalah
Monumen Perjanjian Sumpah Satiah Bukit Marapalam. Ada yang bilang
mestinya Sumpah
Satie atau Sati, karena katanya Satie/Sati itu artinya sakti. Bunyi
sumpah itu
adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Masih inget
donk,
pertentangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang menjadi pemicu
terjadinya
Perang Paderi? Nah, ‘sumpah’ tersebut ternyata hasil dari kesepakatan
tiga unsur
kepemimpinan di Minangkabau yang terkenal dengan Tigo Tungku Sajarangan,
bahwa
antara adat dengan agamas ebenarnya tidaklah bertentangan. Adat itu
mesti berdasarkan
Syarak/Agama, dan Agama berdasarkan Kitabullah (Alqur’an). Maka
dibangunlah
tiga buah patung yang melambangkan sosok Cadiak Pandai (intelektual),
Niniak
Mamak (sosial masyarakat) dan Alim Ulama (agama). - See more at: